Rabu, 16 Maret 2011

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Invitro
Prngaruh temperature terhadap absorpsi ibuprofen pada usus halus kelinci yang dihomogenkan
Sebagian besar obat diberikan secara oral dan obat-obat ini harus melewati dinding usus untuk memasuki aliran darah.Proses absorpsi ini dipengaruhi oleh banyak faktor namun biasanya sesuai dengan kelarutan obat dalam lemak.Oleh karena itu,absorpsi molekul yang tidak terionisasi dipermudah karena molekul-molekul ini jauh lebih larut lemak daripada molekul-molekul terionisasi dan molekul-molekul terionisasi ini diselubungi oleh suatu cangkang molekul air.Obat diabsorpsi terutama di usus halus karena permukaannya luas.Hal ini berlaku bahkan untuk asam lemah (misalnya aspirin) yang tidak terionisasi dalam asam (HCl )lambung.Obat yang diabsorpsi dari saluran gastrointestinal memasuki sirkulasi portal dan beberapa obat dimetabolisme secara luas saat obat melewati hati (metabolisme lintas pertama).Obat yang cukup larut dalam lemak untuk dapat diabsorpsi secara oral,dengan cepat terdistribusi ke seluruh kompartemen cairan tubuh.Banyak obat berikatan lemah dengan albumin plasma dan terbentuklah keseimbangan antara obat terikat dan obat bebas dalam plasma.Obat yang terikat pada protein plasma hanya terdapat pada sistem vaskular dan tidak dapat menimbulkan aksi farmakologis (Lemont B.Kier,1997).
Jika obat diberikan secara suntikan intravena,maka obat masuk ke dalam darah dan secar cepat terdistribusi ke jaringan.Penurunan konsentrasi obat dalam plasma dari waktu ke waktu (yaitu kecepatan eliminasi obat)dapat diukur dengan mengambil sampel darah secara berulang.Pada awalnya sering kali konsentrasi menurun dengan cepat,namun kemudian kecepatan penurunn berkurang secara progresif.Kurvatersebut disebut eksponensial,dan hal ini berarti pada waktu tertentu terdapat eliminasi fraksi konstan obat dalam satu satuan waktu.Banyak obat menunjukkan suatu penurunan eksponensial dalam konsentrasi plasma karena kecepatan kerja proses eliminasi obat biasanya proporsional terhadap konsentrasi obat dalam plasma.Proses yang terlibat adalah:
1.Eliminasi melalui urin oleh filtrasi glomerolus
2.Metabolisme,boasanya oleh hati
3.Ambilan oleh hati dan selanjutnya eliminasi melalui empedu (Lemont B.Kier,1997).
Proses yang tergantung pada konsentrasi pada suatu waktu tertentu disebut derajat pertama dan sebagian besar obat menunjukkan kinetika eliminasi derajat pertama.Jika sistem enzim yang bertanggung jawab untuk metabolisme obat menjadi tersaturasi,maka kinetika eliminasi berubah menjadi derajat nol,dimana kecepatan eliminasi berlangsung pada dengan kecepatan konstan dan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi obat yang meningkat (misalnya etanol,fenitoin) (Lemont B.Kier,1997).
Absorpsi obat.
Jalur pemakaian obat menentukan apakah faktor-faktor penentu pada saluran gastrointestinal berpengaruh.Absorpsi kebanyakan obat dari lambung bergantung atas apkah obat mampu berada dalam bentuktidak terionisasi,yakni bentuk yang lebih larut dalam lipida dalam asam lambung.Obat-obat sebagian besar akan tidak terionisasi.Oleh karena itu absorpsi melalui dinding lambung dimungkinkan.Intestin kecil bertambah kurang keasamannya pada jarak yang semakin jauh dari lambung.Akibatnya molekul obat yang netral sampai basa akan tidak diionisasikan dalam lingkungan ini dan kesempatan absorpsi melalui dinding bertambah (Lemont B.Kier,1997).
Faktor-faktor ini bergantung pKa dan oleh karena itu perlu untuk dipelajari dengan menggunakan teori orbital molekul sebagai pendekatan energi relatif yang terlibat dalam protonasi dalam suatu seri senyawa yang mirip (Lemont B.Kier,1997).
Harga pKa yang menguntungkan dalam suatu molekul tidak menjamin bahwa ia akan diabsorpsi atau terdifusi melaui membran penghalang.Bila transpor aktif tidak terlibat,difusi aktual atau proses penembusan membran penghalang dikontrol oleh faktor termodinamik.Komplikasi lebih lanjut timbul dari kemungkinan pembentukan komplek yang tak terabsorpsi dengan beberapa molekul seperti mukopolisakarida dalam lumen atau pada dinding saluran pencernaan.Dua efek yang khir ini secara tidak langsung terelasi dengan indeks molekul orbital yang terkalkulasi,tetapi bila mungkin dikeluarkan dari data absorpsi dengan maksud agar absorpsi terelasi dengan pKa dengan indeks orbital molekul yang terkalkulasi (Lemont B.Kier,1997).
Pada umumnya produk obat mengalami proses absorpsi sistemik melalui suatu rangkaian proses.Proses tersebut meliputi ;
(1).disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat (2).pelarutan obat dalam media aqueous (3).absorpsi melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik.
Di dalam proses disintegrasi obat,pelarutan,dan absorpsi,kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi ditentukan oleh tahapan yang paling lambat dari rangkaian di atas(Shargel,2005).
Tahap yang paling lambat di dalam suatu rangkaian proses kinetik disebut tahap penentu keceppatan(rate limiting step).Kecuali untuk produk-produk sustained release atau prolonged action disintegrasi obat obat yang berbentuk padat umumnya lebih cepat daripada pelarutan dan absorpsi obat.Untuk obat-obat yang mempunyai pelarutan yang kecil di dalam air,laju pelarutan sering kali merupakan tahap yang paling lambat,oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat.Demikian juga sebaliknya(Shargel,2005).
Spektofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Spektra UV-Vis menggunakan Hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap sebanding dengan tebal dan konsentrasi larutan.
A = a x b x c
A=Absorbansi,a=absorptivitas,b=tebal kuvet,c=konsentrasi (Rohman,2007).
2.2.Bioavailabilitas Obat
Untuk menjamin ekivalensi terapeutik dan klinik dari suatu produk obat dalam berbagai batch produksi, secara ideal penting untuk mengukur secara tepat efek klinik dan potensi dari sampel yang representatif dari masing-masing batch produk obat tersebut. Walaupun demikian, pada prakteknya hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena adanya pertimbangan praktis dan aspek etis seperti :
1) Uji klinik memerlukan populasi penderita yang ekstensif dengan jenis dan keparahanpenyakit yang seragam 2) Uji klinik pelaksanaannya kompleks dan mahal 3) Teknik pengukuran yang obyektif sulit ditemukan dan seringkali tidak sensitif terhadap berbagai kondisi penyakit. Cara pendekatan yang terbaik untuk memperkirakan efek klinik suatu obat adalah dengan pengukuran kadar obat dalam darah, karena ada hubungan yang erat antara kadar obat dalam darah dengan efek klinik obat tersebutUji laju disolusi dan uji difraksi sinar X merupakan 2 contoh prosedur laboratoris yang dapat merefleksikan perilaku obat in-vivo. Uji ini telah dimasukkan dalam USP dan NF dan telah diterapkan pada sejumlah obat. Uji laju disolusi mengukur laju disolusi sejumlah obat dalam medium tertentu dan pada kondisi tertentu. Uji difraksi sinar X melengkapi beberapa indikasi dari laju dan jumlah obat yang melarut, dengan demikian akan bermanfaat dalam memperkirakan absorpsi obat. Sementara kedua uji ini bukan merupakan uji bioavailabilitas yang sebenarnya, maka kedua uji ini hanya merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memperkirakan bioavailabilitas obat. Suatu industri obat yang mempunyai data klinik atau informasi yang menunjukkan bahwa produk obatnya secara klinik efektif, dan bila data ini dikorelasikan dengan uji in vitro dengan tepat, dan bila formulasi serta prosedur produksi tidak berubah, maka konsistensi dari batch ke batch dapat dijamin dengan melakukan uji laju disolusi (Ringoringo,1985).
Transpor Aktif
Tidak semua molekul bisa ditransport secara pasif karena ukuranya, maka perlu sistem transpor lain yaitu pompa ATP. Pompa ATP adalah pergerakan molekul zatelewati membran dengan menggunakan energi. Sumbernya dari energi metabolik yang dihasilkan dalam bentuk ATP (Anonim, 2010)
selain butuh energi transpor aktif juga butuh protein membran sebagai pembawa. Kelebihan transpor aktif yaitu :
-bisa mengangkut molekul yang besar.
-menangkut melawan perbedaan konsentrasi.
-zat yang diangkut dapat ditimbun dalam sel.
-Endosistosis dan Eksositosis
Eendositosis dan eksositosis adalah cara molekul besar melintasi membran. Cara ini dibantu oleh lipidbilayer, yaitu dengan cara menyelubungi partikel sehingga sel yang tadinya terdapat dilur akan masuk kedalam. Endositosis terdiri atas dua macam, yaitu fagositosis (penelanan bulat”)dan pinositosis(penelanan cair) (Anonim, 2010)
Eksositosis yaitu penyelubungan partikel yang kaan dibuang dengan membran lipid bilayer. Kemudian membran yang menyelubungi partikel akan bergabung dengan membran sel, sehingga partikel di dalamnya akan dibebaskan keluar. Eksositosis digunakan untuk menyekresi sekres. Seperti insulin atau neurotransmitter dari neuron (Anonim , 2010)




DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M , Devissaguet,J dan Guyot-Herman, A.M.(1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi II, Penerjemah : W. Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 35, 247-248
Anonim.(2010). Transportasi Zat Melewati Membran http://funwithbiology.wordpress.com/2010/04/20/transportasi-zat-melintasi-membran/
Lemont B.Kier,.(1997). Asas Asas Kimia Medisinal, Edisi Keempat, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Halaman 270-271
Gennaro, A.R .(2001). Remington : The Science And Practice Of Pharmacy. 20 th Edition. Volume II. India :n Lippincot Williams and Wilkins. Pages 1111.
Ringoringo,V.S.(1985).
Bioavailabilitas Obat.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/
11_BioavailabilitasObat.pdf/11_BioavailabilitasObat.pdf
Rohman,A.(2007).Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:UGM Press.Hal. 242.
Shargel,L.(1988)Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah: Fasich dan Sjamsiah.Edisi Kedua. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press. Hal. 99-102,454-456

Tidak ada komentar:

Posting Komentar